Vanilin merupakan salah satu flavor dengan pertumbuhan permintaan pasar yang tinggi, terutama di Asia Pasifik. Vanilin dapat diperoleh dari secara alami maupun disintesis dari bahan lain sebagai perisa sintesis. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) nomor 22 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Perisa di antaranya mengatur tentang regulasi perisa vanilin dalam dalam produk pangan, khususnya makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) dan produk susu formula untuk pertumbuhan. “Dalam peraturan ini diatur penggunaan perisa untuk produk tersebut yang meliputi ekstrak buah alami, ekstrak vanilla, etil vanillin dan vanilin,” jelas Kasubdit Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan Badan POM, Deksa Presiana dalam Seminar Enhancing Vanilla Taste with the Essence of Safety yang diselenggarakan oleh Solvay pada 7 Maret 2017 lalu di Jakarta.
Dari segi prosesnya, vanilin dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu metode lignin, ONCB dan ex-catechol. “Kami menggunakan metode ex-catechol dan mengganti toluene dengan bio-etanol dalam sintesis vanilin, sehingga lebih ramah lingkungan dan mengurangi kemungkinan adanya toksin,” tutur Commercial Manager South East Asia and Oceania Solvay Aroma Performance, Sariwati Lesmina. Solvay merupakan produsen vanilin dengan proses pengolahan yang terintegrasi dari hulu ke hilir, sehingga traceability untuk keamanan pangannya. Tiga pabrik vanilin Solvay yang berlokasi di Amerika Serikat, Perancis dan China sudah memiliki sertifikat Food Safety System Certification (FSSC) 22000.
Selain dalam bentuk murni 99,9% vanilin, dapat dilakukan pola proses lanjutan untuk mendapatkan flavor yang sesuai dengan tujuan aplikasi pada produk pangan seperti untuk pemperkuat rasa, antioksidan dan memperbaiki mouthfeel. “Aplikasinya meliputi pada produk susu, biskuit, snack, serta minuman ringan, misalnya kopi, teh dan minuman rasa buah,” tutur Business Manager Food & Pharma PT Brenntag, Wendy Ayudhya Rachman. Fri-29