In developing a Growing up Milk, industry has to consider the nutrition recommended daily intake (AKG) for the specific target age. Health condition and eating habit of the children are also important considerations. The added novel ingredient should be safe, has a proven functional benefit for the children in the specific target age and added in the right amount to deliver the benefit. For the future development of Growing up Milk and for the maximum benefit to the community, the coordination between research institution, industry and government is important.
Adalah fakta yang memprihatinkan jika masalah gizi kurang dan gizi buruk masih terjadi di Indonesia. Angka balita yang kekurangan gizi di tahun 2010 berdasarkan
Riskesdas 2010 adalah 17.9% (13% balita kurang gizi dan 4.9% balita dengan gizi buruk). Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2007 dan
2010 secara konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Dengan adanya pengenalan konsep 4 sehat 5 sempurna sejak tahun 1950, secara umum masyarakat Indonesia mengetahui bahwa salah satu peranan susu adalah
untuk menyediakan zat gizi dan mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan akan zat gizi adalah sangat penting dan potensi susu untuk pemenuhan kebutuhan ini sangat tinggi, maka industri mengembangkan susu pertumbuhan sebagai salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan gizi anak pada usia pertumbuhan. Pada dasarnya susu pertumbuhan adalah susu yang dirancang tidak saja memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tetapi juga memiliki tingkat fortifikasi vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak pada usia tertentu di masa pertumbuhannya. Menyadari bahwa kebutuhan gizi anak di setiap tahap pertumbuhan adalah berbeda, maka industri susu mengembangkan susu pertumbuhan dengan kandungan gizi yang berbeda pula untuk setiap tahapan usia.
Susu Pertumbuhan
Susu pertumbuhan harus dibedakan dari susu formula bayi dan tidak cocok untuk dikonsumsi bayi pada usia kurang dari 1 tahun. Seperti kita ketahui bersama, satu-satunya makanan yang cocok untuk bayi usia dibawah 6 bulan adalah Air Susu Ibu (ASI). Untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak usia 2 tahun dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Susu pertumbuhan hanya bisa diberikan pada anak usia 1 tahun ke atas. Pada dasarnya anak pada usia ini sudah dapat mengkonsumsi beraneka ragam makanan dan meminum susu pertumbuhan sebagai pelengkap gizi dan bukan sebagai makanan utama. Jadi sesungguhnya susu pertumbuhan tidak dirancang sebagai makanan utama untuk anak. Adalah pendapat yang salah apabila ibu atau orang tua menganggap memberi susu pertumbuhan saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.
Manfaat Susu Pertumbuhan
Susu pertumbuhan bermanfaat untuk melengkapi kebutuhan zat gizi pada anak di usia pertumbuhan. Walaupun kebanyakan susu pertumbuhan dibuat dari susu sapi sebagai bahan dasarnya, berbeda dengan susu sapi biasa, susu pertumbuhan memiliki beberapa kandungan gizi yang lebih tinggi.
Susu pertumbuhan biasanya mengandung hampir semua zat gizi yang tercantum dalam daftar Angka Kecukupan Gizi Indonesia sebagai acuan kebutuhan gizi untuk masyarakat Indonesia. Walaupun banyak zat gizi yang ditambahkan (fortifikasi) ke dalam susu pertumbuhan, pada artikel ini penulis membahas Vitamin A, Yodium dan Zat Besi sebagai ilustrasi. Secara khusus, International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga riset internasional, merekomendasikan Vitamin A, Yodium dan Zat Besi sebagai zat gizi yang penting yang perlu diperhatikan.
Vitamin A adalah vitamin essensial dan diperlukan dalam pembentukan fungsi penglihatan, pertumbuhan tulang, reproduksi, pemilahan dan pembedaan sel. Kandungan Vitamin A pada susu pertumbuhan biasanya 2 kali lebih banyak dari pada kandungan Vitamin A pada susu sapi.
Yodium berperan pada pembentukan hormon thyroid. Kekurangan Yodium dapat mengakibatkan rendahnya hormon thyroid yang menyebabkan gangguan tumbuh kembang fisik dan mental pada anak. Bahan makanan yang banyak mengandung Yodium adalah ikan laut, kerang dan kepiting. Fortifikasi yodium secara umum dilakukan pada garam dan juga susu pertumbuhan.
Zat besi berperan dalam perkembangan kecerdasan anak. Secara umum zat besi terkandung dalam daging, ayam, ikan dan kuning telur. Susu sapi tidak banyak mengandung zat besi, sedangkan susu pertumbuhan biasanya mengandung 40 kali lebih banyak zat besi dari pada susu sapi.
Sesungguhnya, anak pada usia pertumbuhan dapat memenuhi kebutuhan gizinya dengan cara mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang cukup. Dalam banyak kasus, anak anak hanya mau mengkonsumsi makanan tertentu saja dan dalam jumlah sedikit. Dalam kasus seperti ini, peranan susu pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak adalah semakin penting.
Tabel 1. Tabel Angka Kecukupan Beberapa Zat Gizi
bagi Anak Indonesia Usia 1 – 12 tahun ***)
Angka Kecukupan Gizi
Mengingat tujuan dari susu pertumbuhan adalah untuk melengkapi kebutuhan gizi anak pada usia tertentu, dalam mengembangkan susu pertumbuhan adalah sangat penting untuk mengetahui berapa gizi yang dibutuhkan anak pada setiap tahapan usia. Di Indonesia, berdasarkan penelitian dan kesepakatan para pakar, telah disusun pedoman kebutuhan gizi dalam suatu tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk orang Indonesia. Angka Kecukupan Gizi ini berbeda beda untuk setiap negara di dunia karena adanya perbedaan kebutuhan berdasarkan iklim, budaya dan pola makan di setiap negara.
Tabel AKG yang dikeluarkan tahun 2004 memuat kebutuhan gizi orang Indonesia berdasarkan usia misalnya kelompok anak (0-9 tahun), laki laki dewasa (10 tahun ke atas), wanita dewasa (10 tahun ke atas) dan kelompok khusus wanita hamil dan menyusui. Di bagian anak, kelompok umur dibagi lagi menjadi kelompok usia 0-6 bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-9 tahun.
Zat gizi yang tercantum di tabel AKG tahun 2004 ini mencakup kebutuhan energi, Protein, Vitamin (A, D, E, K, Tiamin, Riboflavin, Niasin, Asam Folat, Piridoksin, B12, C) dan Mineral (Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium, Seng, Selenium, Mangan dan Fluor).
Dari tabel AKG ini, kita dapat mengetahui jumlah kebutuhan zat gizi anak pada tahapan usia yang berbeda, misalnya saja kebutuhan energi, protein, Vitamin A, Zat Besi dan Yodium seperti yang dicantumkan pada Tabel 1.
Dari ilustrasi angka kecukupan gizi tersebut, dapat dipahami bahwa kebutuhan zat gizi adalah berbeda untuk setiap tahapan usia. Dengan pertimbangan ini, dapat dikembangkan produk susu pertumbuhan dengan tingkat fortifikasi zat gizi yang berbeda pula sesuai dengan kebutuhan anak pada setiap tahapan usianya. Perlu diingat bahwa AKG didasarkan kepada kebutuhan rata -rata anak dengan tingkat aktivitas sehari-hari yang dianggap normal pada usia tersebut.
Kondisi Kesehatan dan Pola Makan Anak
Selain kebutuhan gizi anak, dalam mengembangkan susu pertumbuhan, perlu dipertimbangkan kondisi kesehatan tertentu pada anak. Beberapa anak mungkin saja mengalami kondisi khusus seperti alergi protein susu sapi atau intoleransi laktosa. Untuk anak dengan alergi pada protein susu sapi telah dikembangkan beberapa produk susu pertumbuhan dengan protein selain protein susu sapi misalnya dengan isolate protein kedelai. Untuk anak dengan intoleransi laktosa, beberapa produk bebas laktosa juga sudah dikembangkan dan tersedia di pasar.
Seperti diuraikan sebelumnya, tujuan pemberian susu pertumbuhan adalah untuk melengkapi gizi anak dan bukan untuk menjadi makanan utama apalagi satu satunya sumber gizi. Dalam kasus anak susah makan atau hanya makan makanan jenis tertentu saja industri telah mengembangkan susu pertumbuhan yang ditujukan untuk kondisi ini. Perlu diingat, anak tetap perlu didorong untuk memakan berbagai jenis makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya sehingga susu pertumbuhan untuk anak susah makan seharusnya dirancang untuk tidak menyebabkan rasa kenyang yang berlebih pada anak sehingga anak masih dapat menerima makanan lain pada menu sehari harinya.
Adalah suatu tantangan bagi industri saat ini untuk mengetahui lebih dalam pola makan anak. Adalah sangat mungkin bahwa pola makan anak yang tinggal di pesisir tidak sama dengan anak yang tinggal di pegunungan. Pola makan anak di daerah perkotaan mungkin berbeda dengan pola makan anak di daerah pedesaan. Pola makan yang berbeda akan mempengaruhi jumlah zat gizi yang di dapat dari makanan sehari-hari, sehingga kebutuhan zat gizi pelengkapnya juga mungkin berbeda.
Zat Gizi Khusus
Zat gizi khusus yang memberikan manfaat khusus pada anak dikembangkan industri untuk menambah daya saing dan nilai jual pada produk susu pertumbuhan yang dikembangkannya. Kita bisa melihat zat gizi khusus seperti DHA, Kolin, Prebiotik, Probiotik, dan banyak lagi ditambahkan pada susu pertumbuhan.
Dalam mengembangkan zat gizi khusus ini industri perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti keamanan zat gizi khusus tersebut, bukti ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai manfaat zat gizi khusus tersebut termasuk manfaatnya pada tingkat usia tertentu, dan jumlah yang harus ditambahkan sehingga dapat memberikan manfaat yang dijanjikan.
Perlu diingat bahwa zat gizi yang memberi manfaat pada bayi dibawah usia 1 tahun tidak selalu memberikan manfaat yang sama untuk anak di atas 1 tahun. Juga perlu diingat bahwa suatu zat gizi hanya akan memberikan manfaat bila dikonsumsi pada jumlah yang cukup, sementara mengkonsumsi suatu zat gizi dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan resiko pada kesehatan.
Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari pengembangan ilmu pengetahuan tentang zat gizi khusus ini tanpa menimbulkan kerugian pada masyarakat, perlu adanya kerja sama yang baik antara lembaga penelitian, industri dan pemerintah. Lembaga penelitian sesuai fungsinya dapat berperan aktif dalam menyediakan pengetahuan dan data yang akurat sehingga dapat digunakan secara baik oleh pemerintah dan industri. Penelitian tentang kebutuhan gizi, aktivitas dan pola makan anak pada usia tertentu akan sangat berguna untuk pengembangan gizi anak pada umumnya dan susu pertumbuhan pada khususnya.
Industri memiliki tanggung jawab untuk menyediakan produk dan jasa yang berkualitas baik, tidak saja aman tetapi juga memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu membuat arahan dan kebijakan yang mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan menetapkan regulasi yang jelas dalam mengatur klaim gizi, sehingga tetap dapat membuka peluang bahkan mendorong penelitian yang serius tentang zat-zat gizi penting yang dibutuhkan masyarakat yang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Dengan tulisan ini, penulis berharap semua pihak dapat saling bekerjasama dalam memfasilitasi inovasi dalam mengatasi masalah gizi yang ada dan menjadikan sumber daya manusia Indonesia yang handal dan mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia.
Oleh Tjatur Lestijaman Associate Formulations
Director untuk Pfizer Nutrition, (Global Quality Operations)
(FOODREVIEW INDONESIA | VOL. VII/NO. 6/JUNI 2012)