Berbagai penelitian alergi pada subjek manusia dan hewan menghasilkan variasi yang berbeda terhadap susu kambing. Susu kambing telah direkomendasikan sebagai pangan pengganti untuk pasien alergi susu sapi dan sekitar 40-100% pasien alergi terhadap protein susu sapi dapat mentolerir susu kambing (Vaquil and Rathee, 2017). Pasien yang mungkin peka terhadap laktalbumin sapi merupakan spesies spesifik. Protein susu lainnya, seperti beta-laktoglobulin, sebagian besar bertanggung jawab atas alergi susu sapi. Laktalbumin susu kambing menunjukkan reaksi kulit yang berbeda dibandingkan susu sapi, dan beberapa protein susu sapi memberikan insiden tes kulit positif yang lebih tinggi daripada susu kambing. Studi yang dilakukan telah meneliti respon in vitro protein susu kambing dan protein susu sapi dengan serum penderita alergi, menunjukkan bahwa IgE anti susu sapi yang diproduksi oleh anak alergi protein susu sapi bereaksi dengan protein susu kambing. Hasil penelitian klinis menunjukkan susu kambing tidak cocok bagi pasien alergi susu sapi karena adanya reaktivitas silang imunologis antara dua protein tersebut. Walaupun beberapa protein susu kambing mempunyai reaktivitas silang imunologis dengan protein susu sapi, bayi yang menderita alergi saluran cerna dan enteropati kronik terhadap susu sapi dilaporkan sembuh dengan terapi susu kambing.
Sifat hipoalergenik susu kambing menjadi sangat penting bagi kesehatan manusia dan sangat menarik untuk produsen susu kambing dan konsumen, terutama di negara-negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Karena kandungan as1-kasein susu kambing relatif rendah pada beberapa breed dibanding kandungan as2-kasein dan kontras dengan prevalensi as1-kasein susu sapi, maka hal ini logis jika anak-anak dengan sensitivitas tinggi terhadap as1 -kasein dapat mentoleransi susu kambing dengan baik. Susu kambing dengan genotip as2-kasein menyebabkan sensitisasi usus dan sistemik pada marmut lebih rendah daripada genotip as1-kasein. Formula hidrolisat ekstensif berbasis susu kambing di Italia telah digunakan dan direkomendasikan sebagai pangan bayi dengan cow milk alllergy (CMA). Penelitian sebelumnya menunjukkan susu kambing powder mempunyai pengaruh serupa dengan kolostrum susu sapi dalam mengurangi kerusakan epitel usus tikus yang diinduksi indometasin. Di samping itu, aktivitas faktor pertumbuhan dalam susu kambing pada kultur sel lebih tinggi daripada susu sapi. Lebih tingginya MCT, MUFA dan PUFA pada susu kambing dibanding susu sapi dapat mengurangi reaksi alergi terhadap susu sapi.
Di Perancis, studi klinik secara ekstensif pada anak-anak alergi susu sapi menunjukkan perlakuan dengan susu kambing menghasilkan hasil positif dalam 93% anak-anak dan direkomendasikan sebagai pertolongan yang berharga pada gizi anak-anak karena alergenitas yang rendah dan digestibilitas yang lebih bagus daripada susu sapi.
Selengkapnya silakan baca Foodreview Indonesia edisi April 2018 "Food Safety Is A Must". Hubungi langganan@foodreview.co.id atau 0251 8372 333, WA 0811 1190 039.